Hamale Lyman Buah tanaman Synsepalum dulcificum yang tumbuh di Afrika ini boleh mengubah rasa pahit makanan menjadi manis.
Buah ajaib yang bentuknya seperti cranberry memiliki kemampuan untuk mengubah rasa makanan yang asam atau pahit menjadi manis. Misteri bagaimana buah tersebut mampu mengubah rasa telah berhasil dipecahkan ilmuwan baru-baru ini.
Buah ajaib ini merupakan buah dari tanaman Synsepalum dulcificum yang tumbuh secara alami di Afrika barat. Khasiatnya yang boleh mengubah rasa makanan yang masam atau pahit menjadi manis sudah lama dikenal penduduk setempat. Namun, kumpulan peneliti dari Jepun dan Perancis-lah yang baru dapat menjelaskannya secara ilmiah.
Untuk mengujinya, pasukan tersebut menumbuhkan sel ginjal manusia dalam sebuah cawan yang dirancang untuk memproduksi protein reseptor rasa manis. Mereka kemudian menambahkan bahan kimia yang menyebabkan sel-sel reseptor menyala ketika diaktifkan.
Setelah itu miraculin, protein dalam buah ajaib yang berfungsi mengubah rasa menjadi manis, ditambahkan ke dalam cawan. Terakhir, ditambahkanlah beberapa zat yang memiliki tingkat keasaman (pH) berbeda.
Setelah diamati, miraculin ternyata memiliki tiga kesan berbeza pada reseptor. Pada tingkat keasaman rendah, efeknya terhadap reseptor amat kecil. Sementara pada tingkat keasaman sedang, miraculin mendorong reseptor untuk bereaksi. Dan, pada tingkat keasaman tinggi, reseptor secara otomatik aktif bereaksi.
Menurut para peneliti, perbedaan kesan itu terjadi karena protein miraculin berubah bentuk saat terkena asam. Semakin tinggi tingkat keasamannya, bentuknya akan semakin berubah. Karena protein terikat amat kuat pada reseptor di lidah manusia, perubahan bentuk protein miraculin mengubah cara resptor lidah bereaksi ketika asam masuk ke mulut. Singkatnya, semakin tinggi pH dalam suatu zat, seseorang akan merasakannya menjadi semakin manis.
Hasil penemuan yang dipublikasikan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences ini membuka kemungkinan diciptakannya pemanis buatan baru. Setelah cara kerja miraculin terungkap, para peneliti berupaya untuk membuat protein tersebut di laboratorium, alih-alih hanya bergantung pada sumbernya di alam. (National Geographic Indonesia/Agung Dwi Cahyadi
No comments:
Post a Comment